
Membangun Pemilu yang Partisipatif dan Bersih
Membangun Pemilu yang Partisipatif dan Bersih
Pemilihan umum serentak 2024 memang belum ada kepastian tanggal dan hari pelaksanaannya karena para pihak masih memegang argumentasi masing-masing.
Namun demikian, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Wonosobo terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait proses demokrasi itu.
Salah satu sosialisasi itu adalah agenda berjudul KPU Wonosobo Menyapa, kerjasama antara KPU Wonosobo dengan stasiun radio Pesona FM dengan konsep dialog publik.
Tema dialog publik yang dipilih untuk tayangan Kamis, (18/11) adalah Membangun Pemilu yang Partisipatif dan Bersih dengan narasumber Amirudin (KPU Wonosobo), Sri Rahayu (Akademisi FKSP UNSIQ Wonosobo), dan Sarwanto Priadhi (pegiat Civil Society Organization).
Dalam kesempatan itu Amirudin Komisioner KPU Divisi Parmas menyatakan KPU Wonosobo terus berupaya secara berkenjutan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya proses demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu).
"Pemilu telah dilaksanakan sejak tahun 1955 hingga terakhir 2019. Memang banyak plus dan minusnya. Oleh sebab itu KPU terus melakukan berbagai terobosan inovatif agar penyelenggaraan Pemilu makin berkualitas dan terbuka," kata Amir.
Selanjutnya dikatakan, mewujudkan pemilu yang berkualitas tidak hanya menjadi tugas KPU saja. Pemilu berkualitas memerlukan partisipasi penuh masyarakat untuk mewujudkan proses estafet kepemimpinan dan keterwakilan secara baik.
"Partisipasi masyarakat sangat penting sebab itu merupakan manifestasi kesadaran demokrasi masyarakat. Kami bertugas mengawal proses demokrasi partisipatif itu melalui penyelenggaraan Pemilu yang terbuka dan bersih,"lanjut Amir.
Sementara itu, dalam pandangan Sri Rahayu, pendekatan pada para pemilih pemula sangat penting mengingat mereka bagian dari pemilih yang memilki jumlah cukup banyak.
"Jumlah pemilih pemula tidak sedikit, di Wonosobo mungkin bisa mencapai 50 ribuan, dan mereka harus didorong menggunakan hak suaranya secara independen. Maka edukasi kepada pemilih pemula ini perlu digencarkan agar mereka tidak apatis," kata Rahayu.
Apatisme di kalangan anak muda dalam proses Pemilu di Indonesia memang cukup menjadi momok yang menimbulkan banyak kekhawatiran.
Rahayu menyarankan agar para pemilih pemula mendapatkan informasi dan gambaran demokrasi secara benar dan lengkap.
Pemilu yang partisipatif dan bersih, juga mendapatkan sorotan tajam dari aktivis Civil Society Organization (CSO), Sarwanto Priadhi.
Tokoh masyarakat ini kembali menekankan pentingnya kolaborasi yang efektif diantara tiga pilar demokrasi yaitu masyarakat, partai politik, dan KPU.
"Mengaharap Pemilu itu bisa on the track pada esensi demokrasi maka 3 pilar itu harus berjalan bersinergi. ketiganya memainkan peran masing-masing yang berbeda tetapi bersinergi menghasilkan kualitas demokrasi,"kata Sarwanto.
Sarwanto juga mengingatkan perlunya evaluasi atas penyelenggaraan Pemilu sebelumnya agar masing-masing pihak dapat melakukan upaya perbaikan nyata.
"Pemilu itu sukses atau tidak, indikatornya ada tidaknya perubahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Jika dampak Pemilu dirasakan masyarakat maka partisipasi masyarakat secara riel akan meningkat, tapi jika tidak, maka Pemilu hanya sekadar pilihan tanpa makna," lanjutnya.
Kondisi seperti itu, menurut Sarwanto akan menimbulkan skeptisme dan apatisme masyarakat sehingga golput akan meningkat dan kualitas demokrasi makin anjlok.